Fabel (Analogi)
Pada suatu hari, di tengah hiruk
pikuk kemacetan ibu kota. Saat itu matahari terasa seperti hanya lima jengkal
dari atas kepala, di tambah lagi dengan asap kendaraan yang menyengat di tengah
kemacetan kota membuat pikiran yang pening serta penat menjadi semakin keruh.
Lama rasanya menunggu panjangnya antrian kendaraan yang tak kunjung selesai
tanpa sebab yang pasti, para pengendara pun tak henti - hentinya bersahutan
bunyi klakson kendaraan mereka seraya menambah parah suasana kemacetan yang
berlangsung. Tidak sedikit pengendara disana mulai berkata kasar dan meluapkan
semua amarahnya. Mereka mulai mengutuk satu sama lain dan meng"absen"
nama-nama hewan di sana.
Di sisi lain, ternyata ada dua ekor
anjing yang sedang berjalan bersama, di pinggiran jalanan. Mereka tengah
berbincang-bincang tentang tingkah laku manusia yang kini menurut mereka tidak
masuk akal.
"Hei, Joni. Apakah kamu
mendengar para manusia di sana memanggil kita ?"
"Hahahaha, iyaa mereka saling
bersahutan satu sama lain. Mungkin mereka ingin menjadi seperti kita
hehe".
Kemacetan pada saat itu sudah membuat
para pengandara tidak dapat membendung amarah mereka. Kata-kata kasar dan
kutukan pun sudah menjadi biasa di telinga mereka. Dengan perasaan tidak
berdosa mereka sudah bersifat layaknya hewan. Kedua anjing di pinggir jalan
tersebut kembali melanjutkan perbincangannya.
"Joni, apakah kamu pernah liat
saudara mereka yang terdapat di Ragunan?"
"Iyaa pernah, memang ada apa
?"
"Lucu saja melihat para
manusia, mereka mirip sekali dengan saudara mereka ketika sedang marah dan
tidak di beri makan"
"Hahahaha, bisa saja kamu.
Menurut ku mereka tidak jauh beda dengan kita"
"Tentu saja, buktinya mereka
saling menyebut diri mereka "anjing" bahkan teman-teman kita juga
disebut"
"Iyaa tuh, mereka juga sama
halnya dengan kita yang sulit untuk menahan marah"
"Hahahaha, benar sekali,
apalagi ketika makananku di ambil anjing lain. Mungkin sudah kugigit dia”.
0 Comments:
Posting Komentar